Rabu, 14 Mei 2008

TUJUAN SEKOLAH


Tujuan Sekolah:
1. Siswa memiliki kemampuan dasar membaca, berhitung menulis dan iptek.
2. Siswa memiliki dasar yang kuat dan bermanfaat untuk dapat melanjutkan
ketingkat yang lebih tinggi
3. Kelulusan dapat diterima di masyarakat.
4. Siswa memiliki sikap dasar cinta lingkungan.
5. Siswa memiliki sikap dasar untuk mandiri

PROGRAM SEKOLAH


Program Sekolah :
1. Menyusun rencana pengembangan sekolah untuk jangka pendek, menengah dan
jangka panjang
2. Menyusun RAPBS bersama dengan dewan guru,pengurus komite sekolah dan pengurus paguyupan kelas.
3. Meningkatkan mutu pendidikan melalui KKKS dan KKG.
4. Meningkatkan mutu guru melalui penataran,seminar dan lokakarya.
5. Melaksanakan program dari UPTD dan Dinas Pendidikan Kota.
6. Melaksanakan pembelajaran model PAKEM.
7. Mengikuti kegiatan pramuka di kwarcab.
8. Mengikuti kegiatan keagamaan di tingkat kota.
9. Meningkatkan mutu siswa melalui lomba mata pelajaran

KEGIATAN SISWA

UKS

KEGIATAN SISWA

OLAH RAGA
OLAH RAGA

KEGIATAN BELAJAR SISWA


PRESTASI SEKOLAH


Prestasi siswa:
1. Juara 3 lomba mata pelajaran th.2002.
2. Juara harapan senam poco-poco th.2002.
3. Juara 1 bulu tangkis putri th.2003.
4. Juara 1 lomba testa agama th.2003.
5. Juara 3 gerak jalan putra th.2004
6. Juara 2 MTQ putrid th.2004.
7. Juara 1 Sholat berjamaah putra th.2006.
8. Juara 1 Sholat berjamaah putri th.2007.
9. Juara 2 lomba gema takbir th.2007.
10. Juara 3 pesta siaga th.2008.

PERLAKUAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING PERKEMBANGAN ANAK

PERLAKUAN ORANG TUA

DALAM MEMBIMBING PERKEMBANGAN ANAK

Oleh : Sulistien, SPd

Abstrak: Perlakuan orang tua dan suasana keluarga yang dialami anak sejak kecil berdampak pada kondisi psikis anak. Keadaan yang kurang mendukung berakibat mengganggu proses perkembangan anak selanjutnya. Anak sekolah dasar yang mengalami masah dalam perilaku , berawal dari suasana keluarga dan orang tua.

Perlakuan orang tua dan suasana keluarga memberi sumbangan langsung pembentukan perilaku anak, khususnya pada perkembangan anak usia sekolah dasar. Penerimaan orang tua ditandai dengan perhatian, pengertian, kasih sayang merupakan strategi bimbingan yang tepat dalam menghadapi permasalahan anak. Strategi disiplin dalam pembentukan perilaku anak perlu diterapkan secara konsisten.

Pendidikan dan bimbingan dalam keluarga yang diperoleh anak sejak masa kanak-kanak merupakan fondamen bagi pertumbuhan kepribadian anak menuju kedewasaan. Pendidikan dan pengalaman yang dialami dalam keluarga akan berpengaruh dalam kehidupan anak. Pendidikan dalam keluarga sebenarnya bukan hanya memberi nasehat dan penanaman sifat-sifat yang baik kepada anak, melainkan sebagai pendidikan yang disengaja dan harus disadari oleh orang tua.Yang lebih penting psikologi, penghayatan dan keharmonisan hubungan bapak ibu dalam keluarga turut berperan dalam usaha pendidikan anak.

Permasalahan yang dialami orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Banyak anak bermasalah bukan karena kurang pemeliharaan, makan, pakaian atau uang, tetapi menderita melihat ketidak harmonisan hubungan bapak ibu, orang tua sering bertengkar membuat anak bingung, tidak ada rasa aman dalam keluarga. Anak akan sedih, tidak ada nafsu makan bahkan mungkin mengalami gangguan psikis. Jadi orang tua yang efektif itu tidak mudah.

Keharmonisan keluarga merupakan dasar bagi integritas kepribadian dankeberhasilan perilaku anak.

1. Perkembangan anak usia sekolah dasar, berkisar 6 – 12 tahun.

Pada usia ini anak mulai mengembangkan ketrampilan melalui aktifitasnya untuk diri sendiri, menolong orang lain dan bermain yang lebih kompleks. Usia ini sering disebut usia berkelempok, dengan aktifitas berteman dan berkeinginan diterima dalam kelompok. Ingin bersama teman sebayanya dan merasa kesepian bila tidak bersama teman-temannya. Juga sudah menampakkan kepekaan untuk belajar, sesuai dengan sifat ingin tahunya. Anak mengenal lingkungan pendidikan kedua, yaitu sekolah. Tidak semua anak dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

Tugas perkembangan anak sekolah antara lain :

  1. mempelajari ketrampilan fisik/bermain
  2. belajar bergaul dengan teman sebaya
  3. belajar berperan sesuai jenis kelaminnya
  4. mengembangkan dasar ketrampilan membaca, menulis dan berhitung.
  5. mengembangkan sikap toleran terhadap kelompok ( Harlock,1988 ).

Jika anak berhasil melaksanakan perkembangan ini, anak akan memiliki konsep diri yang positif, sebaliknya jika gagal akan terhambat perkembangannya, dapat menimbulkan masalah bagi diri anak itu maupun orang tua.

2. Permasalahan anak.

Selama masa usia SD anak mengalami berbagai peristiwa. Peristiwa yang menimbulkan trauma pada diri anak, harus ditangani secara professional. Reaksi anak bermasalah akan tampak dalam perilakunya, misalnya berupa : pelanggaran, kenakalan dan pelarian ke hal-hal yang negatif. Pelanggaran adalah kenakalan bentuk perilaku yang buruk tetapi tidak buruk. Hal ini disebabkan ketidaktahuan anak. Kebanyakan anak melihat, akan lebih diperhatikan jika nakal. Bertambah usia cenderung pelanggaran lebih banyak, di rumah maupun di sekolah, misalnya bertengkar dengan saudara, melalaikan tugas, berbohong bahkan mencuri milik saudara.

Akhir-akhir ini pelanggaran anak sudah mengarah kepada kenakalan kriminalitas. Hal ini tentunya dapat dihindari sedini mungkin, oleh kepekaan orang tua dan mawas diri orang tua selalu dilakukan. Kegiatan anak diluar sekolah perlu diperhatikan, pengontrolan langsung buku, tas lemari dan kamar anak. Menurut Paquette dan Futtle (1995) banyak problem perilaku anak disebabkan harga diri rendah. Anak yang kurang menghayati nilai-nilai agama cenderung lebih labil terhadap penyesuaian diri atau stres. Pemahaman nilai agama dimulai dari pembiasaan yang baik dari contoh sikap dan perilaku orang tua, anak lebih cepat meniru dari pada memahami.

3. Kekeliruan Persepsi dan Perlakuan Orang tua terhadap anak.

Ada anggapan mendidik dengan keras, anak menjadi baik. Tanpa disadari orang tua menginginkan pribadi anak sesuai dengan citra dan harapan orang tua, bukan mengembangkan potensi/jati diri anak sebagaimana adanya. Hal ini menimbulkan perasaan tertekan, konflik batin bahkan sampai trauma dalam diri anak. Dalam pendidikan anak adalah keseluruhan perlakuan yang diterima anak dari orang tua. Anak diperlakukan adil, merasa disayang, diperhatikan, merasa aman dari rasa takut. Orang tua ingin anaknya berprestasi dengan segala macam cara memacunya, tapi sering dilupakan bahwa anak punya bakat dan kemampuan yang tidak sama.

4. Kemerosotan Moral Orang Dewasa.

Dalam era teknologi dan perkembangan industri, orang sering meninggalkan nilai moral. Kemerosotan moral dan perilaku orang dewasa yang tidak labil akan cepat ditiru anak. Seorang anak tidak mampu mengembangkan perilaku moral sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Pada anak diajarkan tentang yang benar dan yang salah dari orang dewasa, khususnya perilaku orang tua. Orang tua dan guru dapat mengajarkan nilai dasar dengan berbagai strategi sedini mungkin agar anak memiliki dasar moralitas yang kuat dalam kepribadiannya.


5. Beredarnya Film dan Buku Bacaan yang Tidak Baik.

Saat anak menonton TV orang tua yang bijak akan mendampingi. Pada saat itu orang tua dapat berkomunikasi dengan anak sambil menjelaskan makna cerita yang dilihat. Orang tua hendaknya selektif dalam memilih acara untuk anak. Kalau tidak anak akan meniru hal yang kurang baik saat nonton TV, dapat menimbulkan permasalahan anak yang dirasakan juga oleh orang tua. Masalah ini dapat diatasi dengan menjaga keharmonisan hubungan bapak ibu, memberi kesempatan anak berkomunikasi dalam keluarga, perhatian orang tua terhadap kebutuhan afeksi anak.

6. Bimbingan Orang tua Dalam Perkembangan Anak.

Hubungan ayah dan ibu memberikan sumbangan langsung terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga harmonis akan berdampak positif bagi kehidupan anak, beberapa peran yang mendukung rasa aman, sumber kasih sayang, berperilaku moral, dapat membantu memecahkan masalah anak dan sumber persahabatan. Orangtua melatih ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari, mengerjakan ketrampilan berperilaku yang baik.

7. Hubungan Orang Tua dan Anak.

Orang tua harus mengorbankan kegiatan pribadi untuk memperhatikan anak sehingga dapat menciptakan rumah tangga yang berpusat pada anak. Hubungan orang tua dan anak bergantung pada sikap dan perilaku orang tua. Banyak kasus terjadi pada anak, setelah ditelusuri penyebabnya hubungan awal orang tua dan anak yang kurang baik. Orang tua menganggap diri mereka “orang tua yang baik” sedangkan anak tidak berpendapat demikian, maka akan terdapat hubungan orang tua dan anak yang buruk. Bukan hanya hubungan orang tua dan anak itu sendiri yang penting, tetapi penilaian anak terhadap orang tua yang bersangkutan. Pola perilaku dalam hubungan sosial cenderung menetap. Konsep yang merugikan mengenai orang tua dapat merusak hubungan komunikasi dalam keluarga.

8. Pendidikan dan Bimbingan Orang Tua.

Mendidik anak bergantung pada cara mereka sendiri dibesarkan dan pengalaman pribadi dan pengetahuan yang dimiliki. Perlakuan orang tua yang melindungi secara berlebihan merupakan metode otoriterian. Perlakuan memanjakan dan tunduk pada anak merupakan metode pernisif. Perlakuan penerimaan dan penghargaan adalah wujud metode demokratis. Ketiga metode tersebut perlu digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan situasi yang ada. Pada anak usia SD dapat diterapkan perpaduan ketiganya, yaitu: memberi keleluasaan untuk berkembang dalam bimbingan terarah. Jika prinsip tidak berlebihan, akan mendorong anak mandiri, percaya diri, kreatif dan penyesuaian sosial yang baik. Semakin otoriter, semakin mendendam anak itu, senang melawan dan tidak patuh secara sengaja. Perilaku menentang sangat besar perannya dalam memburuknya hubungan orang tua dan anak dengan bertambahnya usia anak (Hurlock,1991).

9.Melindungi Secara Berlebihan.

Perlindungan orang tua yang berlebihan menimbulkan ketergantungan anak, kurang percaya diri, sulit mandiri, tidak bisa diberi tanggung jawab dan mudah menyerah dalam berusaha. Tindakan ini mungkin disebabkan keadaan jiwa ibu sejak kecil kehilangan kasih sayang orang tua dan tidak ingin anaknya merasakan demikian.

10. Dominansi Terlalu Besar.

Terlalu banyak perintah, larangan, teguran dan mengindahkan keinginan anak, menyebabkan anak tidak sanggup mengeluarkan pendapat, kurang inisiatif dan kurang spontanitas.

11. Penolakan.

Tindakan menuntut dan penolakan terlalu banyak akan menumbuhkan rasa dendam.Tindakan orang tua dengan penolakan akan membuat anak semakin terpuruk dalam masalah yang dihadapi.

12. Pemberian Disiplin.

Apabila pendapat kedua orang tua terhadap anak tidak konsisten menyebabkan anak bingung dan merasa tidak aman. Hal ini tidak lebih baik pada pertumbuhan anak. Anak diberi disiplin yang ketat, anak berusaha membentuk pelanggaran ketidakjujuran. Anak yang mendapat disiplin secara demokratis akan berkurang dorongan ketidakjujuran. Strategi disiplin dirancang bukan untuk menghukum tetapi menciptakan suatu perubahan tingkah laku yang positif. Strategi disiplin tidak sesuai untuk semua anak, karena anak dan orang tua mempunyai kepribadian yang bersifat individual. Strategi apapun yang dipilih tidak bermanfaat bila dilakukan tidak konsisten (Paquette Tuttle,1995).

13. Penerimaan Orang Tua.

Penerimaan orang tua ditandai dengan perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Orang tua memperhatikan perkembangan anak, menyebabkan anak berkonsentrasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal, gembira dan emosi stabil. Menurut Monahon(1993) “bila orang tua dapat mendengar dan menerima perasaan anak yang diekspresikan sebagai akibat peristiwa traumatic akan membantu anak merasa lebih aman dengan perasaan tersebut.

Penerimaan adalah perlakuan orang tua yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya untuk membantu permasalahan anak. Pelanggaran anak bisa diminimalkan dengan memperhatikan pendidikan dan bimbingan yang tercermin pada perlakuan orang tua terhadap anak dan hubungan antar anggota keluarga.

14. Kesimpulan.

Perlakuan orang tua dan suasana keluarga sangat berperan dalam perkembangan kehidupan anak usia sekolah dasar sampai tahap perkembangan selanjutnya, pembentukan konsep diri anak merupakan pencerminan penilaian dan cara mereka diperlakukan oleh anggota keluarga. Hubungan keluarga yang sehat dan bahagia menimbulkan dorongan anak untuk berprestasi, sebaliknya hubungan yang tidak sehat biasanya menimbulkan efek yang buruk pada kemampuan berkonsentrasi belajar. Perlakuan orang tua di rumah akan mempengaruhi peran anak. Perlakuan otoritarian cenderung menyebabkan anak menjadi pengikut. Perlakuan demokratis mendorong berkembangnya kemampuan mandiri. Peraturan yang harus ditaati anak tidak perlu terlalu banyak, akan menyebabkan anak terkekang, tidak kreatif dan hubungan orang tua – anak lebih sering tegang dan kaku. Yang penting dipertimbangkan orang tua, bagaimana memberi batasan yang jelas dan disadari oleh anak dalam berperilaku. Batasan bukan peraturan tetapi penjelasan orang tua

Mengenai ruang lingkup dan toleransi perilaku yang baik dalam kegiatan sehari- hari. Kunci keberhasilan peran bapak ibu dalam keluarga sangat ditentukan oleh kematangan pribadi, persiapan yang matang sebelum pernikahan , keseimbangan emosional, ketabahan menghadapi kekurangan teman hidupnya, kesadaran akan makna kelahiran anak sebagai rahmat Allah, kesabaran dan pengertian menghadapi individualitas anak dan penerimaan diri dalam keadaan sosial ekonomi keluarga. Ketidakseimbangan menyebabkan kegoncangan dalam situasi keluarga dan kelak akan berdampak terhadap perkembangan anak selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Hurlock,E.B.(terj.Tjandrasa,M, & Zarkasih,M).1988. “Perkembangan Anak. Jil.1&2.” Jakarta;Erlangga.

Hurlock,E.B.(terj.Istiwidayanti & Soedjarwo).1991. “Psikologi Perkembangan.” Jakarta;Erlangga.

Monahon,C.1993.”Children and Trauma”,New York;Lexingtoa Books.

Paquette,B,& Tuttle,C.G. 1995. “Parenting A Child with A Behavior Problem”.Los Angeles;Lowell House.